.:: Sahabat_Maya ::.

Monday, March 1, 2010

Kami Cinta Kepadamu Ya Rasulullah!

Dengan Nama ALLAH Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang

Alhamdulillah,kita masih diberi peluang untuk menyambut hari keputeraan insan yang mulia, insan yang sukar untuk menangis dalam memperjuangkan Islam disebabkan ketabahannya, insan yang bimbang akan nasib umatnya walaupun sedang berada di daerah sakaratul maut, insan yang pernah berkata ketika hendak dicabut nyawanya "Ya ALLAH, dashyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku!", masyaALLAH,dan insan ini juga merupakan qudwah hasanah yang terbaik bagi kita semua. Tidak lain, bagindalah Rasulullah, Nabi Muhammad S.A.W.

Begitu terkesan diri ana menyelusuri perjalanan hidup Rasulullah yang begitu perit dan pedih dalam memperjuangkan Islam yang tercinta yang sehingga kini, kita dapat merasai nikmat Islam itu sendiri. Lahirnya sahaja sebagai seorang yatim akibat kematian ayahanda tercinta, Abdullah, ketika masih berada di dalam kandungan ibunya. Baginda diuji lagi dengan kematian ibunya, Aminah, yang juga pergi menghadapNya ketika baginda berusia 6 tahun dan tidak cukup dengan itu, sekali lagi diuji dengan kematian datuknya, Abdul Mutalib.

Ada di antara adik-adik 'genin' ana bertanya, "Bang, kenapa Rasulullah banyak diuji dengan kematian ahli keluarganya ya?" Senyuman terukir di bibir, masih ada lagi anak muda yang mengambil kisah tentang Rasulullah yang sekian hari tenggelam oleh idola-idola duniawi yang langsung tidak layak untuk dibandingkan dengan Rasulullah. Lantas ana menjawab "Dik, ALLAH uji Rasulullah macam tu, untuk membuatkan Rasulullah lebih tabah menghadapi segala rintangan yang bakal dilaluinya ketika menjadi Rasul kelak. ALLAH itu Maha Pengatur dik."

Sahabat-sahabat yang dirahmati ALLAH sekalian,
Marilah kita bersama menyusuri lembaran sirah Rasulullah ketika berada di daerah sakaratul maut, moga sedikit perkongsian ini dapat menjadikan kita seorang hamba yang lebih tabah dalam memperjuangkan Islam yang telah diamanahkan kepada kita. InsyaALLAH....



 
Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk,"Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.

Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah,"Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan.

Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya.

Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. "Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi.

"Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?"

"Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini." Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, kerana sakit yang tidak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku. "Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya.

"Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku -
peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu." Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. "Ummatii, ummatii, ummatiii?" - "Umatku, umatku, umatku" Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.
.::Bumi masih meratapi pemergian seorang insan yang mulia. Ya ALLAH, izinkanlah kami untuk menatap wajah insan kesayangan kami dan kekasihMu ini di syurga kelak Ya ALLAH::.

Ya Rasulullah,aku rindu padamu..
 

No comments: